Suasana kota yang indah berganti menjadi hutan baliho dan aneka poster yang memajang berbagai wajah calon legislatif dengan beragam gaya, slogan, dan janji-janji politik palsu. Tidak peduli apakah cara yang mereka lakukan mengganggu keindahan dan ketenteraman umum, yang penting bagaimana caranya nama mereka segara akrab di telinga masyarakat. Harapanya saat pertarungan demokrasi dilakukan, mereka akan unggul karena mendapat dukungan dari masyarakat yang telah akrab dengan nama mereka.
Harus diakui dewasa ini sulit merebut hati rakyat yang semakin cerdas dan melek politik. Sehingga mereka dapat memilah dan memilih mana sosok yang benar-benar amanah untuk mendapat kepercayaan sebagai rakyat, dan mana yang hanya doyan membual janji-janji palsu. Mereka yang cepat lupa dengan apa yang diucapkan ketika sudah terpilih menjadi wakil rakyat.
Tidak bisa dimungkiri pada pemilu mendatang golongan putih (golput) akan memenangi perolehan suara. Bukan bermaksud apatis terhadap sistem politik di Indonesia, namun pilihan golput ini pada dasarnya lebih dilandasi pesimisme masyarakat terhadap calon penguasa yang terus membual. Hal yang lebih parah lagi dan membuat rakyat bosan pada pola pemilihan umum ini adalah ketika berkampanye, hampir semua calon legislatif "menabur uang" untuk mendapat simpati secara praktis. Dampaknya ketika sudah terpilih, mereka sibuk mengembalikan pundi-pundi uang yang telah dikeluarkan. Karena tidak jarang uang yang digunakan berasal dari hasil berutang pada berbagai pihak untuk memuluskan langkah menjadi anggota dewan.
Jelas, telah terjadi disorientasi berjemaah. Jabatan wakil rakyat seolah menjadi profesi baru yang senantiasa diperebutkan dengan beragam cara. Padahal pada hakikatnya wakil rakyat merupakan jabatan penuh amanah yang harus dijalankan dengan niat tulus dan semata-mata untuk kepentingan rakyat, bukan ajang cari makan.
Modal popularitas
Tidak hanya janji palsu yang menjadi jurus dalam menggapai ambisi mencari profesi baru sebagai wakil rakyat, popularitas juga dimanfaatkan sebagai senjata yang tak kurang ampuh untuk meraup suara pada setiap penyelenggaraan pemilu. Orang-orang yang melakukan kerja-kerja tulus dengan niat memperjuangkan kepentingan rakyat, harus mundur teratur. Kalah oleh mereka yang lebih memiliki menggunakan popularitas di mata rakyat untuk meraih kursi. Partai politik seolah ogah mewadahi mereka yang masih punya niat menyalurkan aspirasi rakyat. Partai lebih memilih artis yang namanya lebih akrab di telinga masyarakat, meskipun minim kemampuan politik.
Berpolitik memang merupakan hak bagi setiap insan, namun yang jadi persoalan adalah apakah mereka yang dicalokan dengan berbekal popularitas semata, tanpa didukung kemampuan yang mumpuni, layak menjabat sebagai wakil rakyat yang sarat amanah? Sekali lagi, di sini dituntut kedewasaaan kita. Wakil rakyat bukan ajang cari makan, namun lebih sebagai wadah pengabdian untuk menyejahterakan rakyat Indonesia.
Di lain pihak, rakyat juga dituntut untuk lebih cerdas dan kritis dalam memilih wakil rakyat tanpa kehilangan optimisme demi perbaikan sistem demokrasi yang sehat dan tetap berorientasi pada kepentingan rakyat.
Jika pada kampanye nanti masih ada calon-calon legislatif yang doyan mengumbar janji palsu dan menabur uang di setiap kesempatan, maka mereka tidak layak dipilih. Jangan pernah terbuai kebahagiaan sesaat, karena sesungguhnya mereka menganggap kampanye sebagai wahana investasi untuk mendapatkan hasil yang lebih besar lagi. Kita harus tetap menjunjung demokrasi yang sehat tanpa money politics demi kesejahteraan yang benar-benar terimplemenasi secara berkelanjutan.
Para calon rakyat yang akan bertarung pada Pemilu 2014, jangan terus membodohi rakyat dengan pola kampanye yang dibangun dengan haburan uang. Jangan pula membohongi rakyat dengan janji-janji palsu yang selama ini menjadi andalan dalam merebut simpati.
Pada dasarnya apa yang kalian lakukan untuk menjadi wakil rakyat adalah sesuatu yang baik dan harus diikuti dengan niat yang baik, tanpa harus mencederai sistem demokrasi yang telah terbangun selama ini. Anggota dewan bukanlah profesi baru yang menjanjikan limpahan materi yang didapat dengan mengorbankan rakyat. Anggota dewan adalah amanah yang harus dijalankan dan dipertanggungjawabkan atas nama rakyat Indonesia.
ini merupakan kritikan masukan positif dan pembelajaran bagi seorang calon legilatif DPRD daerah Pemilihan enam kota bandung, Sahrul Riyadi yang di usung dari organisasi kepemudaan yaitu Garda Muda Nasional (GMN) Jawa barat dan Partai Amanat Nasional (PAN) dengan Nomer Urut 8. sebagai kawah candradimuka seorang kader dalam mempersiapkan komunikasi politik masa depan, masa penggodogan diri atau masa penggemblengan diri sebagai kader partai dan kader bangsa.yang merupakan kelompok elit pemikir bangsa, sebagai labotarium politik sehat, maka (insya Allah) akan melahirkan kader umat dan komponen Bangsa yang handal.
juga bagian dari cambuk politik untuk mengukur diri dalam pencalonan wakil rakyat
salam juang... salam merdeka !!!
sumber bacaan:
www.galamedia.com
referensi politik 2014
referensi politik 2014